Senin, 19 Desember 2011

Beruntungnya kita (ngintip dikit di panti sosial di kejauhan keputih)


Tanggal 6 desember 2011, jam empat sore tepat jam kuliah keterampilan interpersonal (KI), kebetulan KI kali ini outdor atau keluar dari kampus. Permainan KI kali ini bertempatkan di panti sosial tepatnya di daerah Keputih kejauhan.
Panti sosial dinas di keputih ini menampung kurang lebih 900 ibu-ibu yang kurang sehat mentalnya dan pengemis-pengemis dijalan.
Permainan KI kali ada dua macam yang  lempar bola dan garis waktu. Untuk yang lempar bola seperti permainan wis wus dahulu mengenal anggota baru, kali ini anggota baru jutatar (kelompok saya) ada lima ibu-ibu. Permainan pertama sangat menyenangkan, apalagi kelucuan terjadi antara salah satu ibu dan teman kelompok saya.
Permainan kedua yakni garis waktu, kelompok saya dibagi lagi dengan empat orang perkelompok dan satu ibu. Dalam kelompok saya diwakili oleh ibu atin. Kami mulai bertanya kepada ibu atin, awal mula beliau berada disini, bagaimana keadaan disini, dan lain-lain. Jujur, memang sewaktu saya dan teman-teman bertanya kepada ibu atin ada obrolan yang agak kurang nyambung, tapi kami memaklumi hal tersebut.
Kata ibu atin di panti ini tidak mempunyai kegiatan selain bersih-bersih dan menjahit. Terlebih ibu atin dipanti ini, tidak pernah bersosialisasi dwngab teman sekamarnya. Beliau hanya tidur-tiduran dikamar jika tidak mempunyai kegiatan yang lainnya
Cerita yang paling bermakna yang saya dengar adalah ibu atin tidak tahu keberadaannya anaknya dan anaknya juga tidak mencari ibu atin.
Betapa sedihnya saya mendengarkan cerita tersebut, sampai saya terfikirkan ibu saya dirumah, yang biasanya kita harus bersyukur mempunyai orang tua yang sayang kepada kita dan sekarang terbalik betapa bersyukurny orang tua saya memiliki anak yang patuh kepada meraka. Suatu pembelajaran bagi saya bahwa Selamanya saya tidak akan pernah mengabaikan ibu saya.
Kebetulan saya tanya kepada ibu-ibu yang lain apakah merek betah berada disini, jawabannya memang betah tetapi mereka sebagian besar ingin pulang kerumahnya dan mereka dipaksa tinggal disini.
Tujuan permainan kedua ini agar kami simpatik secara kenyataan, yang biasanya hanya teori saja.
Awal pertemuan dengan ibu-ibu ini memang jujur saya merasa ketakutan sedikit, karena memang dari kecil setiap melihat orang kurang sehat mentalnya saya langsung lari, karena ada trauma yang pernah saya alami.
Tetapi untuk hari teraebut saya venar-benar tersentuh sekali, rasa kasihan saya timbul dan betapa beruntungnya saya hidup serba berkecukupan.
Kelas KI berakhir pada jam 6.. Akhirnya saya sholat di musholla panti sosial dinas tersebut. Setelah aholat saya mencium tangan ibua yang sudah lanjut usia. Betapa sedihnya saya yang melihat ibu tua tersebut, dan batin saya berkata beruntungnya nenek saya, anaknya, cucunya masih peduli dan sayang kepada nenek saya.
Semoga reportasi ini dapat dijadikan pelajaran bagi pembaca juga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar