Kamis, 08 Desember 2011

Mengubah Ospek menjadi menyenangkan :D


Perpelocoan mahasiswa baru sudah lama diadakan di Indonesia. Maksudnya mungkin baik, tapi dalam kenyataan banyak menimbulkan korban jiwa dan sering kurang menghargai martabat manusia dan nilai-nilai demokratis yang mesti dijunjung tinggi para intelektual kampus. Untuk mengganti system perpeloncoan atau yang sejenis, diperkenalkanlah sebuah ospek. Namun dalam pelaksanaan sering juga menimbulkan korban, langsung atau tidak langsung. ironis jikalau intelektual muda kampus yang dididik menjunjung tinggi nilai-nilai demokratis, justru menerapkan pendekatan yang non-demokratis. Karena ekses-ekses negatif dari Opspek, banyak pihak yang menginginkan Opspek dihapuskan. Namun mengingat manfaatnya, banyak juga yang berpendapat bahwa sebaiknya Ospek tetap dipertahankan.
Sebagaian orang menganggap ospek dilakukan oleh senior banyak manfaatnya,sperti:
1. Agar mahasiswa baru cepat akrab dengan lingkungan dan teman-teman barunya.
2. Untuk mengenalkan medan yang akan diterjuni mahasiswa baru
3. Melatih ketahanan fisik
4. Mempercepat/ menambah keakraban, kebersamaan, solidaritas, kebanggaan sebagai mahasiswa
5. Menjadikan peserta seseorang yang tangguh, mampu berpikir jernih dalam situasi sulit (istilah kerennya never crack under pressure)
6. Mampu me- manage emosinya (marah, takut, dll)
7. Mendapatkan informasi yang penting (tau tempat beli kertas, kabel, fotokopi, makanan di malam hari) Menjadikan disiplin.
Dari manfaat tersebut, sebelumnya kurang bermanfaat bagi saya, atau memang itu hanyalah alasan senior memberikan manfaat-manfaat tersebut agar juniornya tetap ikut. Dan mungkin lebih bodohnya junior sudah mengetahui bahwasanya ospek yang mereka ikuti bermotokan salah benar tetap salah yang mereka lakukan untuk senior. Beberapa hal yang masih mengganjal dari saya adanya ospek:
Apakah memang dalam bidang ilmu yang akan dijalani selama kuliah memerlukan ketangguhan sebagaimana yang digembar-gemborkan (mesti bisa push-up, mesti jawab dengan tekanan-tekanan, jika salah bicara di bentak, jadi salah semuanya, dll)?. Apakah dalam dunia nyata di luar kampus, memang diperlukan ketangguhan sedemikian? didalam dunia kerja apa harus diperlukan push-up, lari 1000 kali?, Jika sekolah kemilitiran mingkin itu pasti. dan apakah disaat kita sudah  berkerja senior-senior akan memarahi kita jika kita masih baru? lalu tekanan apa yang mereka keluarkan?. Di beberapa kampus, ospek sudah dinyatakan dilarang. Tetapi beberapa senior tetap memaksakan adanya ospek, dengan alas an-alasan di atas. Yang lebih lucunya mereka katanya mau mengajarkan kedisiplinan, tapi kok nggak disiplin dengan melanggar peraturan diadakannya ospek oleh kampus? ngakunya saja ada acara memang acara awal materi dan materi tapi yang kedua? disinilah junior akan salah. Yang paling penting: apakah mereka akan rela dan tetap berpikiran yang sama, seandainya peserta ospek adalah anak mereka sendiri, yang dihukum, dipukul, ditendang oleh orang lain (seniornya), dimarah-marahi padahal belum tentu orang tuanya pernah memarahinya tapi menasihatinya secarabaik- baik. yang kalau sudah nasibnya akan berakhir dengan luka, cacat, atau bahkan meninggal dunia??
Dari sinilah saya berfikir kenapa ospek tidak dirubah saja
a. Mengutamakan keselamatan peserta. Beri perhatian khusus kepada peserta yang punya penyakit atau kondisi badan yang bisa membahayakan keselamatan jiwanya
b. Kurangi porsi latihan fisik, tambah pembinaan/latihan mental atau intelektual. jangan membentak-membentak yang benar jadi salah yang salah tetap salah. jika salahpun maka nasiharilah dengan rasa sayang bukan caci maki.
c. Menghargai mahasiswa baru sebagai manusia yang bermartabat tinggi dan punya hak asasi, sama dengan manusia lainnya
d. Mahasiswa senior lebih berfungsi sebagai fasilitator daripada yang punya kuasa.
e. Jalin keakraban dan kebersamaan dengan cara-cara yang lebih elegan.
f. Jika ada penugasan, atau yang diinginkan senior maka berbicaralah dengan baik-baik, junior pasti menghargai. jika junior melakukan salah hukumlah dengan hukuman yang bermanfaat. membuat esai, merangkum kegiatan, dan lain-lain.
Jika ospek dilakukan secara sepwrti itu mungkin semua orang akan menyukai ospek.
Dan beruntungnya ospek diperguruan tinggi dan fakultas saya tidak aneh-aneh terlebih ospek menjadi lebih berarti daripada harus dibentak-bentak dan bermottokan "Salah benar junior tetap salah"

5 komentar:

  1. iya tapi tetep norak. lama banget sa, kita udah 4 bulan disini. Perguruan tinggi lain udah selesai dari kapan, cuma seminggu paling lama.
    Padahal waktu itu bisa kita manfaatkan untuk pembinaan yg nantinya bisa mengharumkan nama SI

    BalasHapus
  2. sabar aja do..

    pengen.e gitu.. pegel sih kalo di omeli terus --'

    BalasHapus
  3. Pegel??...pasti..
    Karena kita belum meluruskan pengertian dri itu.. karena alamiahnya manusia pasti melakukan "pembelajaraan", entah apapun itu..

    BalasHapus
  4. Setuju sama Aldo tuh.....
    wasting time banget
    selain itu pasti abis evaluasi bnyak yg skit kecapekan soale....hha

    BalasHapus